Posts

Susah sih

 Kembali setelah sekian tahun masih dengan masalah yang sama. Kenapa ya bisa begitu? *I wish I could insert a laughing + crying out loud emoticon here*  Nggak sih, makin lama masalahnya makin pedas, makin dalam, makin susah. Sekarang belajar perihal ikhlas. Perihal menerima. Walau alasan dan latar belakangnya, kadang nggak masuk logika. Tapi yaudahlah, gak semua orang logikanya sama. Susah sih ikhlas, susah sih menerima. Ya gapapa, perlu waktu. Toh saat ini perlahan pulih sendiri mau sedalam apa luka. Perihal kekhawatiran, toh kita masih punya Tuhan. Dulu Tuhan yang mengatur untuk mempertemukan, pasti sekarang Tuhan juga yang memisahkan. Perihal kedepannya, biarkan Tuhan yang mengatur bagaimana baiknya. Karena baik menurut manusia, pasti berbeda dengan baik menurut Tuhan. Jika selembar daun saja sudah diatur kapan gugurnya, apalagi takdir manusia. Sudahlah, biarlah, pasrah saja lah. Atur saja diri kita agar tidak mengatur Tuhan, karena Tuhan sudah aturkan semuanya untuk hamba-Nya.

Apa aku masih ada harapan?

 Aku rasa nggak ada gunanya ke psikolog atau psikiater. Toh ujung-ujungnya aku gak apa apa. Lebih baik mati daripada nanggung banyak beban. Bukannya emang udah kebiasaanku buat lari dari tanggung jawab?

Terakhir

 Kali ini bener-bener ngerasa sendiri dan gak berguna. Semua hal yang ada di masa lalu cuma ada di masa lalu dan sia-sia. Sekarang baru kepikiran untuk selesai. Tamat. Beruntung untuk mereka yang mati muda

Catatan #3

 Kadang aku bingung, kenapa ya aku ngerasa kaya gini? Apa normal ngerasa kaya gini? Apa orang lain juga merasakan hal yang sama? Kok isi kepalaku negatif semua, kok hidupku adanya cuma beban aja, kok aku ngerasa gagal jadi manusia. Apa normal? Kalau tuhan ada, kenapa aku dibuat merasa begini? Kalau tuhan ada, kenapa aku cuma dikasi ujian? Kalau tuhan ada, buat apa merasa bersyukur dan memuji kalau nggak diberkahi? Mungkin tuhan ada, dalam bentuk sakit kepala

Catatan #2

 Pernah nggak sih punya keluarga tapi nggak merasakan kehangatannya? Merasa keluarga bukan rumah, tapi justru tempat paling asing, di mana cobaan malah datangnya dari sana? Aku gak merasa cukup didukung keluarga. Justru semua rasa bersalah dan bebanku ada dari sana. Merasa tidak disupport, cenderung disalahkan dan didikte. Tapi cukup menyesal dan merasa bersalah karena merugikan sekumpulan orang yang disebut keluarga. Kadang merasa tidak diinginkan dan dihargai, rasanya kaya pengen mati aja. Soalnya, bahkan lingkup terkecil seperti keluarga aja jadi tempat yang di mana aku tidak dihargai dan diinginkan, apalagi lingkup lebih besar seperti lingkungan sosial. I'm struggling with keeping relation with other people. Cenderung hold grudge sama orang lain. I don't know and can't help it. Menurutku itu buruk, tapi ya itu salahku sendiri. Gak bisa jaga hubungan sama orang lain, dan gak bisa cukup baik buat orang lain. In the end, I am the fool. It would be better if I'm disappe

Sub Catatan 1 No. 2

 Insecurity tiba-tiba muncul. Self-esteem terjun bebas. Ngerasa diri jauh lebih rendah dari orang lain. Ngerasa harga diri nggak ada harganya lagi. Sekarang sibuk nyalahin masa lalu, kenapa aku begini kenapa aku begitu. Padahal diriku sadar semua bisa diusahain. Tapi sebagian diriku mikir, ngapain usaha? Buat membuktikan apa? Toh gak bakal bisa kaya orang lain. Toh gak bakal kekejar apa yang dimau.  Kenapa isi otakku is polar opposite? Tapi ujung-ujungnya tetep, diriku gak ada apa-apanya sebagai manusia. Hidup gak berguna, mati pun malu.